Katanya, sudah mati.
Sounds dead temporarily, in the city of Jakarta. Aku kembali, pada Kota yang konon tidak pernah mati yaitu Kota " Jakarta ". Namun, bagiku Jakarta sudah mati, dengan cerita mengiriskan didalamnya. Aku kembali untuk menjelajahi setiap sudut menyakitkan, untuk mengubah masalalu buruk itu. Terlihat banyak pergerakkan individu dengan kesibukkannya masing - masing; berlalu lalang, dan ribuan insan terdengar Gurauan canda serta tawa. Guna melepas penat, mengundang ketenangan. Pada persinggahan jalan, perasan Resah dan Gundah itu hadir. Seraya melihat seorang lelaki; bertubuh tinggi, serta berkulit kuning langsat. Aku mengenalinya. Ia sosok sederhana yang dulu kerap kusebut " Mantra " Walaupun berujung Aruka penuh tangisan. Tentang kamu; yang mengabaikan perasaanku. Entah sadar atau tidaknya aku tak menyanggah hal tersebut. Pada awal bab, ucapmu "Kau akan sembuh" Dengan menggambar dipergelangan tanganku, dengan pisau barumu. Tentang teman - temanm...