MALAM MINGGU

aku kamu dan perjalanan malam itu.

Tepat hari sabtu malam minggu, Ana dan Fauzan bertemu lagi. Setelah beribu panjang mereka berbincang lewat aplikasi WhatsApp. 

Ana memberi tahu Fauzan bahwa ia sedang berada di kota tempat tinggal Fauzan, Ana kesana karena tempat tinggal neneknya berada di dekat tempat tinggal Fauzan.

"Zan, gua lagi di Jakarta." Ucap Ana di telepon saat itu.

"Serius gak nih? gua kerumah nenek lu kalo beneran." Jawab Fauzan yang sontak kaget. 

"Dua riusss" canda Ana padanya di telepon itu.

"Yaudah, nantii jam 2 gua kesana." Ucap Fauzan di telepon 

"Okee." Jawab Ana, dan telepon pun berakhir.

tengah menunggu Fauzan, Ana pun bersiap untuk pergi bersama Fauzan pada siang menuju sore itu.

Tak lama kemudian jam sudah menunjukan tepat pukul 14.00, Ana sudah siap dengan outfitnya dan sedikit riasan wajah. Lalu Fauzan mengabari Ana bahwa ia harus mengisi bensin motornya dulu. 

Dan kini Fauzan dan Ana telah bertemu, mereka saling memberi sapa dan tersenyum. Lalu mereka memutari sekeliling Jakarta pada siang menuju sore hari itu, Fauzan mengajaknya ke taman yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah neneknya itu.

Sampainya mereka di taman itu, Fauzan memarkirkan motornya di parkiran taman itu. Lalu mereka berjalan dan mencari tepat duduk yang kosong, kemudian mereka mendudukinya dan memulai dialog demi dialog.

"Na, gimana masa - masa kelas 9 nya?" Tanya Fauzan yang sedang memulai percakapan itu.

"Gak gimana - gimana sih, cuma takut aja nanti kalo uprak. Lo sendiri gimana di SMA nya?" Jawab Ana, lalu bertanya kembali pada Fauzan.

"Uprak gampang kalo di jalaninnya tenang Na. Di SMA gua sekarang biasa aja Na, gua kangen masa SMP gua." Jawab Fauzan dengan

"Sok banget kangen SMP." Ledek Ana pada Fauzan. 

"Emang kangen, tapi lebih kangen sama lu sih." Jawab Fauzan sambil tertawa

"Gak jelas." Ucap Ana dengan tatapan sinis.

Banyak lagi yang mereka obrolin, sampai Fauzan membelikan jajan dan minuman kepada Ana. 

Lalu Fauzan mengajak Ana muter - muter Jakarta pada sore hari, Ana senang menghabiskan waktunya dengan Fauzan di sore itu, beberapa tempat mereka lewati bersama. 

Hari mulai menuju gelap, Fauzan mengajak Ana untuk pulang. Lalu Fauzan membawa Ana menuju rumah sang nenek. 

Ketika sampai, Ana turun dari motor Fauzan, 
Lalu dengan sigap tangan Fauzan membuka helm Ana saat itu.

"Terimakasih banyak yaa atas waktunya, hati - hati pulangnya." Ucap Ana pada Fauzan sambil tersenyum.

"Sama - sama, nanti malem gua jemput lagi ya abis isya." Jawab Fauzan, lalu ia menyalakan motornya dan bergegas pergi dari tempat itu.

Malam telah tiba, pada pukul 18.30 dan Ana tengah menyiapkan dirinya, mulai dari memilih pakaian, memakai skincare dan riasan wajah, itu cukup menghabiskan waktu yang cukup lama. Ana selesai bersiap tepat pukul 19.50, dan ia sekarang sedang menunggu kedatangan Fauzan.

Tak lama Fauzan datang, dan menyapa.

"Hai, maaf ya kalau lama." Ucap Fauzan.

"Iyaa, gapapa." Jawab Ana. 

Lalu Fauzan memakaikan helm ke kepala Ana, dan mereka pun bergegas jalan ke tujuan mereka yaitu ke mall sekitaran situ. 

Malam itu terasa sangat dingin suasananya, Ana dan Fauzan menikmati suasana sejuk pada malam itu sambil berbincang soal pertemanan, percintaan, dan masa depan. Malam itu rasanya seperti bukan malam biasanya, yang seharusnya perjalanan menuju mall itu dekat, jadi terasa panjang sekali perjalanannya. 

Hingga tepat pada lelucon bincangan itu berakhir, Fauzan mengambil tangan Ana lalu mengelusnya dan Fauzan mengatakan. 

"Na?, will you be mine." Ucapnya sambil tersenyum, terlihat pada Ana dari kaca spion motornya Fauzan.

"HAH" Sontak kaget Ana menjawabnya. Lalu ia menarik tangannya dari genggaman Fauzan, dan menundukkan wajahnya saat itu, karena ia tahu pasti wajahnya terlihat memerah.

Fauzan tidak menjawab, tetapi malah tertawa. Ana bingung Fauzan ini serius atau tidak bilang itu pada nya. Tangan Ana sudah gemetar sejak Fauzan bilang itu padanya, sesampainya mereka di parkiran motor mall tersebut, Ana bilang pada Fauzan bahwa ia ingin ke toilet sebentar. Kalau mengira ia beneran ke toilet karena ingin buang air kecil atau yang lainnya, itu salah. Karena ia hanya ingin melegakan nafasnya sebentar karena syok akan bincangannya di perjalanan tadi.

Selesai melegakan nafasnya, Ana bergegas menuju tempat yang ingin ia kunjungi bersama Fauzan. Fauzan sudah ada di sana, tengah duduk dan bermain handphone sambil menunggu Ana. Lalu Ana duduk di depan nya, dan mereka pun memesan makanan, tadinya mereka ingin makan di sana tetapi mengingat Ana harus pulang pada malam itu juga jadi mengurungkan niatnya, Akhirnya mereka takeaway pesanannya. 

Tengah menunggu pesanannya selesai, Fauzan menanyakan kembali pertanyaannya di motor tadi. 

"Jadi gimana Na? jawabannya." Tanya Fauzan.

"Hah? gimana apanya?" Jawab Ana yang pura - pura bingung, padahal ia mengerti pertanyaan. 
"DUH GUA JAWAB APA INI, SEMOGA MUKA GUA GAK MERAHH." Ucap Ana dalam hatinya. 

"Perlu di ucapin ulang?" Tanya Fauzan lagi.

"Ya, mungkin." Jawab Ana.

"Will you be mine? jawabannya cuma ada yes or yes sih Na." Ucap Fauzan dengan tersenyum melihat wajah Ana yang memerah. 

"Yaudah or" Dengan santai Ana menjawab.

"Serius dulu coba Na." Ucap Fauzan dengan serius.

"Emangnya lu gapapa? lu tau kan kalo gua.." Jawab Ana yang omongannya di potong oleh Fauzan.

"Tau, tapi gua gak peduli. Gua gak peduli sama seribu alasan yang lu kasih Na" Kata Fauzan dengan serius dan menatap Ana.

"Beri gua kesempatan buat jawab dulu jangan di potong. Kita udah ngomongin hal ini di WA dan gua yakin pasti jawaban lu pasti sama Zan. Tapi Zan, Gua beneran takut kalo lu kecewa sama gua, gua gamau kalo harus gua yang jahat di hubungan kita nantinya, gua udah buka hati Zan ke lo, tapi ragu buat mulai. Karena gua takut lu sakit kalo sama gua Zan." Ucap Ana dengan serius dan suara getarnya. 

"Oke Na, gua ngerti. Gua ngerti banget Na, tapi lu gak pernah jahat Na, gua gak akan kecewa sama lu Na. Gua gak takut sakit hati sumpah Na." Jawab Fauzan dengan serius juga. 

"Zan gua bingung, kalo jawabanya yes sama yes gua harus pilih yang mana?" Tanyanya bingung.

"Yaudah, maunya yes atau no?" Jawab Fauzan lalu kembali bertanya.

"Kalo depannya Y terus akhirnya S, terus di tambahin i will. Itu jadinya apa?" Jawab Ana.

"Yes, i will? SERIUS NIH?" Ucap Fauzan dengan sumringah 

"Duh berapa rius ya Zan, aslinya becanda itu HAHAHA" Jawab Ana sambil tertawa.

"Yah, parah." Ucap Fauzan dengan muka sok sedihnya. 

"HAHA, iyaa zan gua mau. Tapi bantu gua ya?" Ucap Ana.

"SERIUS?? IYA AKU BANTU" Jawab Fauzan dan keceplosan bilang aku, karena kesenangan.

Ana hanya membalas anggukan, dan tersenyum. 

Tak lama percakapan itu, pesanan mereka pun sudah selesai dan di bayar oleh Fauzan dengan sedikit perdebatan antara mereka karena rebutan ingin membayar, dan pada akhirnya Fauzan yang membayar. Mereka keluar dari tempat makan itu, lalu sebentar mereka memutari keliling mall tersebut. Mereka jalan bersampingan, dan Fauzan dengan cepat mengambil jemari tangan itu untuk ia gandengankan dengan tangannya. 

Waktu sudah hampir larut, karena sudah pukul 21.20, mereka pun bergegas ke parkiran untuk mengambil motor kemudian mengantarkan Ana pulang kerumah sang nenek.

Di perjalanan pulang, mereka mengomentari setiap sudut yang ada di jalanan itu. 

Sesampainya di gang rumah nenek Ana, Fauzan membukakan helm, lalu memberikan Jersey pada Ana.

"Sampai deh. Btw, aku ada jersey buat kamu, mau gak?" Tanya Fauzan pada Ana.

"Jersey apa? aku udah ada jersey di rumah" Jawab Ana padanya.

"Ya jersey aja, udah bawa aja jersey aku buat kamu." Ucap Fauzan sambil tersenyum.

"Yaudah iyaa." Jawab Ana, lalu mengambil jersey tersebut.

Lalu Fauzan menyalakan motornya. 

"Aku pulang dulu ya, kamu nanti pulangnya juga hati - hati ya." Ucap Fauzan dengan mengelus kepala Ana.

Ana terdiam "HAH, GUA DI PAT PAT ANJIR KAAKAMFJ SETELAH SEKIAN LAMA." Ucapnya dalam hati.

"Iyaa makasih ya, hati - hati juga pulangnya. Titip salam buat mama." Jawab Ana pada Fauzan dengan tersenyum.

Fauzan membalas dengan senyuman dan anggukan, lalu ia bergegas pergi meninggalkan Ana. 

Ana melihat sosok itu mulai menjauh dari pandangannya, lalu ia bergegas menuju rumah sang nenek. 

Sosok penerang yang selalu memaksa masuk ke kehidupanku, sekarang ia telah menjadi kekasih Ana.

Sebelum mendapati hasil yang memuaskan, akan ada proses dan usahanya dahulu. Akan ada kata tidak menjadi iya, akan ada perbedaan pendapat yang menjadi sependapat, akan ada kekurangan menjadi kelengkapan. Semua itu bisa berubah, jika kita mau berusaha.

"Aku mencintaimu dengan segala luka yang kau peluk." - Ucap Fauzan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

dariku, untuk ayah.

Katanya, sudah mati.

Rumah itu