Kepergianmu
Siang menuju sore itu, aku berniat untuk keluar rumah mencari udara segar, ku berjalan mengelilingi beberapa tempat sepi di bawah pohon rindang, untuk menenangkan pikiranku saat itu.
Lalu di penghujung jalan, ku saksian ibu dan anak sedang menangis, mereka menatap kepergian sang ayah untuk selama - lamanya.
"Ayah.. Ayah.. Ayah.." Gumam sang anak yang sangat lemas, perihal tanah yang mulai menutupi seluruh badan sang ayah.
"Ayah.. Tolong jangan pergi" Ucap anak itu melemah kemudian tak sadarkan diri.
Tak sadar, hal itu membuat air mataku terjatuh dan melamun.
Teringat, kejadian beberapa tahun lalu. Aku pernah merasakan kepergian itu, hal itu membuat kehidupan ku sangat tak berarti, dan tak bersemangat.
Kerinduan ku semakin memuncak saat ku saksikan kejadian itu, ribuan bahkan jutaan air mata ini menetes merindukan kepergiannya.
Keesokkan harinya, ku jumpai makam ayah untuk menceritakan betapa seramnya dunia tanpa kehadirannya.
"Ayah, hidup begitu kejam tanpamu. Bahkan, aku tidak sanggup untuk memulai hari berikutnya lagi." Tangisku di atas makam sang ayah.
"Ayah, aku merindukanmu. Tolong ajarkan aku ikhlas, untuk kepergianmu." Ucapku menangis.
"Ayah, tolong jawab tanyaku." Lirihku melemah.
"Yah.. aku pergi dulu, nanti aku balik lagi ya.." Gumamku lalu pergi meninggalkan makam itu.
Aku pulang, menyisakan mata sembab, badan melemah. Akhirnya ku putuskan untuk memandikan diri, kemudian ku ceritakan hari ini ke dalam diary ku.
Hidup tanpa pemeran utama dalam keluarga, begitu melelahkan. Bagaikan rumah tanpa atap, penghuninya akan kebingungan dan kesusahan, kehilangan arah tanpa perlindungan, tak kunjung tahu dalam bertindak.
Komentar
Posting Komentar