AKHIR TAK BAHAGIA
jatuh cinta kepada orang yang salah.
Pertemuan pertama kalinya antara Qian dan Fahri di suatu gedung sekolah, dengan suasana ramai saat pertama kali masuk.
Mereka tidak secara langsung berkenalan, tetapi perlahan mereka menunjukkan nama mereka masing - masing tanpa berkenalan.
Beriringan dengan waktu, Qian mulai mengagumi Fahri, tetapi Qian hanya mampu menyimpan itu sendiri, bahkan tidak memberi tahu temannya sendiri, karena ia selalu berfikir tidak mungkin Fahri menyukainya balik, jadi lebih baik diam saja.
Tetapi tiba di suatu malam, malam indah mungkin bagi Qian. Fahri dan Qian sedang berbincang lewat pesan aplikasi bernama WhatsApp, mereka berbincang banyak, mulai dari lagu kesukaan sampai yang lainnya. Qian memberitahu Fahri lagu kesukaannya, ternyata Fahri tidak tahu lagu itu, lalu Qian memberitahu lagunya dan makna lagu tersebut. Alasan Qian memilih lagu tersebut, karena Qian ingin mengode Fahri lewat lagu itu.
"INI LAGU BUAT LU, PEKA DONG !!" ucap Qian dalam hatinya.
Lalu mereka sampai di akhir bincangan, dan Fahri ngucapkan kalimat selamat malam dan meminta Qian untuk tidur. Qian bukannya tidur malah menggila di malam itu.
"WOI GUA DI UCAPIN SELAMAT MALAM SAMA DI SURUH TIDUR WOI, LUCU BANGET, PACARAN YUK HEHE." Ucap Qian yang sedang menggila di kamarnya dan memukul sasaran pertamanya yaitu bantalnya. Setelah itu Qian mencoba tidur dengan mimpi indahnya.
Setelah percakapan itu, mereka bertemu. Qian memberinya senyuman dan di balas oleh Fahri, tetapi mereka berdua dalam keadaan canggung karena percakapan malam itu.
Lalu pada suatu hari, Qian menangis karena ulahnya Fahri. Menurut Qian bicaranya Fahri terlalu menyakiti perasaannya.
"SEBEL BANGET SAMA FAHRI, KENAPA GUA JADI CENGENG GARA - GARA ITU. GUA KESEL SAMA LO, GUA KESEL BANGET BANGET." Ucap Qian dalam hati sambil menangis.
Dan Fahri meminta maaf atas kesalahannya.
"Eh Qi, gua minta maaf soal yang tadi." Ucap Fahri pada Qian dengan rasa tidak enak.
"iya, maaf kalo tadi gua cengeng" jawab Qian dengan perasaan masih marah.
Setelah kejadian itu, mereka berdua menjadi sangat canggung.
Tiba - tiba tanpa ada angin dan hujan, Fahri memulai percakapan kembali.
"Eh Qi, status wa lu ngode buat siapa itu?" ucap Fahri penasaran.
"Siapa ya?, gatau" ucap Qian tidak mau memberitahu.
"ITU BUAT LO IH" ucap Qian dalam hatinya.
"Masa sih, apaa iya? tinggal sebut nama doang" Jawab Fahri masi dengan rasa penasarannya.
"gamau" ucap Qian masih tidak mau memberitahu Fahri.
Percakapan itu terus berlanjut dengan Fahri yang memaksa penasaran itu buat siapa dan Qian sedang suka sama siapa.
Hingga Qian bertanya
"kalo lu ada yang lagi di suka?" Ucap Qian penasaran juga.
"Ada" Jawab Fahri dengan santai. Lalu Qian merasa sedih, karena Fahri sedang menyukai seseorang. Dan ternyata Fahri menyukai Qian, muka Qian memerah saat itu juga.
"Gua sebenernya suka sama lu Qi" kata Fahri dengan senyuman.
"HAH, DEMI APA, DARI KAPAN HAH" Jawab Qian dengan kaget dan muka merahnya.
"KENAPA GAK DARI DULU LO BILANG SUKA SAMA GUA HAH, MANA LU NGOMONG SAMBIL SENYUM APA GAK GILA GUA?!?!!!!" ucap Qian menggerutu dalam hatinya.
"Udah lama" Ucap Fahri menjawab pertanyaan Qian, rasanya Qian ingin salto saat itu juga.
Akhir dari percakapan itu adalah mereka berdua sama - sama mengungkapkan bahwa mereka menyukai satu sama lain, dan mereka berdua mempunyai status lebih yaitu pacaran saat itu.
Banyak percakapan manis saat mereka sedang berpacaran, hari - hari Qian hanya mampu senyum - senyum sendiri.
Hingga beriringan dengan waktu, hubungan mereka mulai merenggang dan berakhir putus.
"Maaf kalau selama sama aku kamu gak banyak bahagianya ya, maaf kalau aku gak kayak cewek lain, maaf aku belum bisa jadi seperti yang kamu mau. Kalau kamu bosen atau enggak ada rasa lagi bilang ke aku yaa? aku benci di bohongin dengan kata janji, i love you more than my self." Ucap Qian dengan genangan air mata itu.
"Iyaa, tapi aku mau ngomong sama kamu, kamu jangan nangis yaa sayang?" Jawab Fahri dengan serius.
"Aku gak janji bakal nangis atau enggak" ucap Qian dengan menunduk karena gamau terlihat Fahri bahwa air matanya telah jatuh.
"Yaudah, aku minta maaf. Aku minta maaf, belum bisa jadi yang terbaik buat kamu, kamu bisa dapetin cowok yang lebih baik dari aku nantinya sayang. Terimakasih sudah jadi bagian terindah dari hidup aku yaa sayang, walaupun hanya sebentar." Ucap Fahri dengan serius menatap Qian.
Qian sudah tidak mampu untuk menjawab jawaban itu, Qian hancur rasanya. Qian sudah menganggap bahwa Fahri adalah rumahnya. Qian menjatuhnya air matanya tepat di depan mata Fahri yang sedang menatapnya, lalu tangan Fahri mengelap tetesan air mata itu dan memeluk tubuh perempuannya.
"Aku minta maaf sayang." Ucap Fahri dengan membisik di telinga Qian.
"Jangan minta maaf" Jawab Qian dengan memeluk erat tubuh Fahri yang saat itu akan ia lepas.
Setelah akhir dari cerita itu, Fahri terlihat bahagia dan baik - baik saja.
Sedangkan Qian sudah hampir gila dalam hari - harinya.
Dan ada di suatu malam, mereka bertemu kembali. Tetapi Fahri telah bersama orang lain, dan Qian hanya mampu menangis ketika sampai di rumahnya. Kejadian menyakitkan itu membuat Qian, hancur kedua kalinya.
"Kenapa gua gak bisa benci sama lo?, kenapa gua harus terus mikirin lo, kenapa harus lo?" ucap Qian yang sedang menangis di dalam kamarnya.
Kini Qian sedang berusaha untuk melepaskan semua hal tentang Fahri.
Lalu Qian mencoba untuk memulai percakapan kembali, setelah percakapan menyakitkan itu.
"Hai, apa kabar ri?" ucap Qian dengan rasa canggung dan menyapa.
"Hai Qi, gua baik. lu gimana?" jawab Fahri dengan senyumannya, Senyuman yang tidak pernah Qian lihat lagi.
"Gua baik, mungkin." Kata Qian, dengan membalas senyum.
"Kenapa mungkin?" ucap Fahri bertanya.
"Gapapa" Jawab Qian tersenyum.
"Dari pada lama, gua boleh minta waktu lu sebentar. untuk mengatakan sesuatu?" Tanya Qian.
"Boleh, silahkan." Jawab Fahri dengan menatap tatapan perempuan yang tidak pernah ia tatap lagi.
"Selamat ya? selamat menjalankan hari tanpa adanya aku lagi. Selamat menjalankan hari tanpa ucapan selamat pagi dariku lagi, aku senang kemarin bisa mengenalmu sejauh itu, walaupun akhirnya kita harus berakhir. Makasih yaa? telah hidup dengan baik, kalau dunia kamu lagi gak baik - baik aja, aku selalu di sini nunggu kamu balik, mungkin. Senang bisa bertemu denganmu saat duniaku lagi redup, semangat ya buat semua yang lagi kamu usahain, oh ya selamat juga. selamat telah menemukan penggantiku, maaf kalau aku belum bisa jadi yang terbaik, makasih pernah singgah ri, walaupun sebentar." Ucap Qian dengan senyum dan berlinang air mata.
"Qi? gua minta maaf ya. Maaf udah nyakitin lu sejauh ini, temuin pengganti gua ya Qi? harus. Terimakasih ucapan selamatnya ya." Jawab Fahri dengan membalas senyum.
"Sama - sama. Gua pergi dulu ya ri, makasih udah nyempetin waktu." Kata Qian lalu pergi, karena Qian sudah tidak mampu melanjutkan percakapan itu lagi, terlalu sakit.
Fahri hanya menatap kepergian wanita yang dulu pernah ia sayangi, langkah demi langkah itu menjauh dari penglihatannya.
"Gak sama kamu emang sakit, tapi kalau sama kamu belum tentu gak sakit. Tugasku sekarang hanya melepaskan semua tentang kamu, dan melupakan hal - hal sakit." Ucap Qian pada dirinya sendiri, sambil menangis.
mungkin mengikhlaskan juga bagian terbaik dalam mencintai, karena setiap masa ada orangnya dan setiap orang ada masanya, dan sekarang masa aku dan kamu telah habis.
Komentar
Posting Komentar