ketenangan dalam kekacauan


Ketidaksengajaan menjadi ketenangan. 

Hidup begitu riuh, dan ramai. Pikiran yang tiada habis memikirkan hal tak guna, keseharian yang selalu disibukkan oleh begitu banyak pekerjaan, dan hidup yang selalu menjadi ekspektasi banyak orang.

Ku berjalan sendiri, ditengah keramaian kota dengan keadaan kacau, aku membawa sebuah tas yang berisikan buku catatan keseharian ku, headset, dompet, dan alat tulis. Ku menepi dan memasuki sebuah cafe yang cukup ramai pengunjung, ku pesan secangkir kopi hangat lalu ku berjalan ke arah tempat duduk ku yang terlihat ada 2 bangku kosong disana. Kemudian pesanan ku datang, setelah itu aku mengeluarkan buku keseharian ku kemudian membuat catatan, dan ku pasangkan headset ditelingaku lalu ku putar lagu kesukaanku.

Hari mulai gelap, ku kembali berjalan melintasi kota pada sore menuju malam itu. Tak ku sangka, hujan turun secara tiba - tiba dan membasahi setengah dari badanku, tetapi ku tak peduli. Ku tetap berjalan di tengah hujan deras, ku nikmati rintik demi rintik yang berjatuhan tak sadar air mataku jatuh saat itu. Lalu, datanglah seseorang dengan sebuah payung berwarna hitam dan memayungkannya kepadaku. 

"Siapa, dan mengapa?" Tanyaku pada seseorang itu. 

"Hai, gua Raditya. Lu bisa panggil gua Radit" Jawabnya dengan tersenyum.

"Lalu, mengapa anda memayungkan saya?" Tanyaku bingung. 

"Dari kejauhan gua ngeliat lu lagi mencatat dan memakai headset di sebuah cafe, lalu tidak sengaja di tengah perjalanan tadi gua ngeliat lu sedang menikmati dan bermain hujan. Tetapi situasi lu terlihat bahwasannya lu sedang tidak baik - baik saja, dan sekarang gua cuma gak mau lu sakit karena main hujan." Balas Radit serta penjelasannya.

"Oh, makasih udah memperhatikan. Dan terimakasih sudah memayungkan, tetapi alangkah baiknya anda pulang saja." Kataku dengan sopan. 

"Sama - sama. Tetapi, gua akan tetap mengantarkan lu dengan selamat." Jawab Radit 

Tak bisa ku bantah omongan lelaki itu, akhirnya ku lanjutkan perjalanan hingga sampai tepat di depan rumahku. 

"Terimakasih banyak, nice to meet you Radit." Ucapku kepadanya.

"Sama - sama, nice to meet you to." Balas Radit, dengan senyum. 

"Oh ya gua lupa, nama lu siapa?" Tanya Radit.

"Kenalin gue Lana, panggil gue seenak lo aja." Jawabku dengan menjalurkan tangan untuk berjabat

"Oke, hai Lan." Sapa Radit dan membalas menjalurkan tangan untuk berjabat. 

Ku balas dengan anggukan saja.
Lalu ku berkata, "Udah waktu magrib, gua masuk ya, sekali lagi terimakasih Dit." 

Radit menjawab, "Iyaa, sama - sama Lan. Have a good rest." Dengan tersenyum, lalu ia bergegas pergi dari tempat itu. 

Ku masuk ke dalam rumah, dan bergegas membersihkan diri dengan mandi. Setelah selesai, kurebahkan tubuhku di kasur tidurku, tak sengaja ku memikirkan seseorang tadi yaitu, Raditya. Rasanya seperti di berikan energi untuk memulai hari - hari hancurku dengan semangat. 

5 hari telah berlalu. 

Hari ini, ku ingin berjalan ditengah kota, untuk menampaki bumi pertiwi. Di tengah perjalanan, samar - samar ku lihat ada seseorang yang ku kenali, ku coba mendekat pada seseorang itu. Setelah terlihat jelas, ternyata ia adalah Raditya, ku menghampiri ia. 

“Hai Dit, bagaimana kabar lo?” Sapaku lalu menempuk bahunya. 

Ia memutar badannya, lalu membalas "Hai Lan, i'm good."
"how about you?" Tanya Radit

"Baik" Jawabku singkat. 

Lalu aku dan Radit berjalan bersama, dan menyinggahi sebuah cafe bernama TEMUKAN KETENANGAN karena terlihat sangat menarik. Ia menyuruhku untuk mencari tempat duduk untuk kami berdua, lalu ku titip pesananku padanya. 

Tak lama ia datang dan duduk, lalu pesanan kami pun sudah datang dengan cepat. Kami mengobrol lebih dalam tentang "siapa Radit?" dan "siapa Lana?", kami menghabiskan waktu hampir 1 jam untuk berbincang. Ditengah bincangan itu, rintik hujan turun lagi, ku ajak Radit untuk bermain hujan di luar. Awalnya ia tidak mau, tetapi ku paksa ia untuk bermain, dan pada akhirnya ia menuruti kemauan ku. 
Kami menghabiskan waktu untuk bermain hujan bersama, kami berlari ditengah derasnya hujan, kami saling tertawa bagaikan tak ada masalah sepeserpun. Setelah hujan reda, kami pulang menuju rumah kami masing - masing. 

Sesampainya ku di rumah, ku bersihkan diriku. Setelah itu selesai, aku berjalan ke arah dapur, ku memasak, dan memakan sebuah indomie rebus yang di tambah telur, setelah ku habiskan. Aku kembali ke dalam kamarku, dan merebahkan diriku di kasur tidurku, ku pasangkan headset ditelingaku dan membaca sebuah Novel. Ditengah membaca ku terpikir oleh teman baruku Radit, kurasakan ketenangan saat bersamanya, ku rasakan adanya energi positif darinya. 

Dari 2 pertemuan ketidaksengajaan itu, sekarang kami lebih sering bertemu untuk mendatangi beberapa tempat bersama. Ku mulai keluar dari zona kekacauan dan mulai merasakan hadirnya Radit sebagai penenang, dan ku temukan kenyamanan saat bersamanya. 

Radit selalu ada dan siap 24/7 disaat aku membutuhkannya untuk hadir ditengah permasalahan menerpaku. Radit siap menjadi pendengar keluh kesahku, dan ia mampu memberikan energinya untukku. Ia juga menyalurkan semangat untukku tetap hidup. 

Disaat kekacauan mendatangiku, ia bergegas mendekapku masuk kedalam pelukannya dengan erat, dan ku mencari ketenangan dalam kehangatan dan kenyamanan. 

Hanya padamu ku temukan ketenangan dalam kekacauan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

dariku, untuk ayah.

Katanya, sudah mati.

Rumah itu